Jumat, 15 April 2016

Movie Talk “Dunia perfilman Indonesia sejak tahun 90an hingga sekarang”



Sore hari kemarin (14/04)  Kangen Dolanan Mbiyen mengadakan salah satu acara serunya yang bernama ‘Movie Talk’. Movie talk adalah sebuah acara seperti halnya talk show pada umumnya.  Dalam Movie talk sore itu diisi oleh dua orang narasumber hebat yaitu Mas Agni dari Komunitas Paguyuban Film Jogja dan Pak Haryono seorang ahli dalam perfilman, pengalaman beliau dalam bidang film sudah tidak usah diragukan lagi. Moderator pada Movie Talk tersebut adalah Alfin, salah satu panitia Kangen Dolanan Mbiyen.
Movie talk sore itu pertama kali dibuka dengan perbincangan tentang dunia perfilaman pada tahun 90-an. Baik Mas Agni ataupun Pak Haryono bercerita tentang dunia perfilaman tahun 90an dengan penuh semangat. Menurut cerita beliau beliau, bioskop pada tahun 90an khususnya di daerah Yogyakarta sangat banyak sekali, hamper di setiap sudut Jogja terdapat bioskop. Bahkan ada pengalaman Mas Agni zaman dulu ketika ingin menonton bioskop harus menggunakan celana panjang agar bisa nonton film dewasa pada zaman itu. Bahkan dari cerita Pak Haryono, zaman duni ketika akan membeli tiket bioskop sempat harus memberikan stnk motornya sebagai jaminan agar tidak kabur ketika sudah selesai menonton bioskop.
Pak Haryono sempat menunjukkan beberapa poster film tahun 90an melalui slide show dari proyektor. Poster-poster tersebut sontak membuat penonton pada sore hari itu tercengang melihatnya. Karena jelas hal tersebut jarang-jarang dilihat dan didapatkan secara umum dan mudah. Bagi Mas Agni dan Pak Haryono, era tahun 90-an adalah era keemasan sekaligus kemerosotan dunia perfilman Indonesia. Kenapa? Karena banyak sekali film Indonesia pada era 90an yang kreatifitasnya dan pemaiannya perannya lebih baik dibandingkan pada era sekarang. Apa yang membuat merosot? Salah satunya karena banyaknya film Indonesia yang seru akan tetapi saru. Perfilman di Indonesia masing mengikuti minat penontonnya. Apa yang sedang marak, maka para sutradara san produser di Indonesia akan latah ikut-ikutan membuat film yang sedang marak diminati penduduk Indonesia. Berbeda dengan dunia perfilman di luar negeri. Para sutradara dan produser menciptakan hal yang akhirnya menjadi marak dan tenar di belahan dunia manapun.
Sebenarnya dunia perfilman di Indonesia pada saat ini berkembang dengan sangat pesat. Siapa pun bisa membuat film. Film itu sendiri distribusinya tidak harus ditampilkan di layar bioskop, tetapi juga pada suatu ruang komunitas atau festival. Oleh karena itu, pastikan dulu sebelum membuat film output apa yang ingin didapatkan. Untuk menampilkan film hingga ke layar bioskop tentunya mempunyai banyak prosedur yang harus dijalankan. Regulasi dari pihak pemerintah sangat mempengaruhi dalam dunia perfilman di Indonesia. Bagaimana menciptakan kreatifitas dan memotivasi para penggiat dunia film untuk lebih berkarya.
Di akhir sesi terdapat sesi Tanya jawab. Pertanyaan pertama datang dari Alfad yang menanyakan “apakah mungkin film di Indonesia mampu berkembang hingga sampai pada kanch Internasional dan mampu pula menciptkakan sosok hero atau lainnya yang menjadi kebanggaan semua orang, seperti Batman, Superman, dan lain-lain”. Mas Agni dan Pak Haryono menjawab yang intinya bahwa Indonesia mampu tentu saja, hanya saja jelas harus didukung penuh dari berbagai pihak dan lapisan. Pertanyaan kedua datang dari moderator itu sendiri yang bertanya tentang Film Dokumenter Senyap yang tidak boleh disebarluarkan secara bebas dan massif di Indonesia, padahal film tersebut masuk kedalam ajang bergengsi dunia film di USA. Pak Haryono menjawab bahwa tanyakan hal tersebut kepada yang melarang. Karena sebuah film itu bisa berkembang atau tidak tergantung dengan isi filmnya. Ketika ada pihak yang merasa tersinggung, maka film tersebut susah untuk disebar luaskan. Begitu kiranya kurang lebih.
Movie talk pada sore hari tersebut telah memberikan banyak sekali pengetahuan dan ilmu baru bagi siapa saja yang datang dan mendengarkan. Semoga bisa bermanfaat dan perfilman di Indonesia terus melesat maju hingga kancah internasional. (Alfin)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar