Sore hari
kemarin (14/04) Kangen Dolanan Mbiyen
mengadakan salah satu acara serunya yang bernama ‘Movie Talk’. Movie talk
adalah sebuah acara seperti halnya talk show pada umumnya. Dalam Movie talk sore itu diisi oleh dua
orang narasumber hebat yaitu Mas Agni dari Komunitas Paguyuban Film Jogja dan
Pak Haryono seorang ahli dalam perfilman, pengalaman beliau dalam bidang film
sudah tidak usah diragukan lagi. Moderator pada Movie Talk tersebut adalah
Alfin, salah satu panitia Kangen Dolanan Mbiyen.
Movie talk sore
itu pertama kali dibuka dengan perbincangan tentang dunia perfilaman pada tahun
90-an. Baik Mas Agni ataupun Pak Haryono bercerita tentang dunia perfilaman
tahun 90an dengan penuh semangat. Menurut cerita beliau beliau, bioskop pada
tahun 90an khususnya di daerah Yogyakarta sangat banyak sekali, hamper di
setiap sudut Jogja terdapat bioskop. Bahkan ada pengalaman Mas Agni zaman dulu
ketika ingin menonton bioskop harus menggunakan celana panjang agar bisa nonton
film dewasa pada zaman itu. Bahkan dari cerita Pak Haryono, zaman duni ketika
akan membeli tiket bioskop sempat harus memberikan stnk motornya sebagai
jaminan agar tidak kabur ketika sudah selesai menonton bioskop.
Pak Haryono
sempat menunjukkan beberapa poster film tahun 90an melalui slide show dari
proyektor. Poster-poster tersebut sontak membuat penonton pada sore hari itu
tercengang melihatnya. Karena jelas hal tersebut jarang-jarang dilihat dan
didapatkan secara umum dan mudah. Bagi Mas Agni dan Pak Haryono, era tahun
90-an adalah era keemasan sekaligus kemerosotan dunia perfilman Indonesia.
Kenapa? Karena banyak sekali film Indonesia pada era 90an yang kreatifitasnya
dan pemaiannya perannya lebih baik dibandingkan pada era sekarang. Apa yang
membuat merosot? Salah satunya karena banyaknya film Indonesia yang seru akan
tetapi saru. Perfilman di Indonesia masing mengikuti minat penontonnya. Apa
yang sedang marak, maka para sutradara san produser di Indonesia akan latah
ikut-ikutan membuat film yang sedang marak diminati penduduk Indonesia. Berbeda
dengan dunia perfilman di luar negeri. Para sutradara dan produser menciptakan
hal yang akhirnya menjadi marak dan tenar di belahan dunia manapun.
Sebenarnya dunia
perfilman di Indonesia pada saat ini berkembang dengan sangat pesat. Siapa pun
bisa membuat film. Film itu sendiri distribusinya tidak harus ditampilkan di
layar bioskop, tetapi juga pada suatu ruang komunitas atau festival. Oleh
karena itu, pastikan dulu sebelum membuat film output apa yang ingin
didapatkan. Untuk menampilkan film hingga ke layar bioskop tentunya mempunyai
banyak prosedur yang harus dijalankan. Regulasi dari pihak pemerintah sangat
mempengaruhi dalam dunia perfilman di Indonesia. Bagaimana menciptakan
kreatifitas dan memotivasi para penggiat dunia film untuk lebih berkarya.
Di akhir sesi
terdapat sesi Tanya jawab. Pertanyaan pertama datang dari Alfad yang menanyakan
“apakah mungkin film di Indonesia mampu berkembang hingga sampai pada kanch
Internasional dan mampu pula menciptkakan sosok hero atau lainnya yang menjadi
kebanggaan semua orang, seperti Batman, Superman, dan lain-lain”. Mas Agni dan
Pak Haryono menjawab yang intinya bahwa Indonesia mampu tentu saja, hanya saja
jelas harus didukung penuh dari berbagai pihak dan lapisan. Pertanyaan kedua
datang dari moderator itu sendiri yang bertanya tentang Film Dokumenter Senyap
yang tidak boleh disebarluarkan secara bebas dan massif di Indonesia, padahal
film tersebut masuk kedalam ajang bergengsi dunia film di USA. Pak Haryono
menjawab bahwa tanyakan hal tersebut kepada yang melarang. Karena sebuah film
itu bisa berkembang atau tidak tergantung dengan isi filmnya. Ketika ada pihak
yang merasa tersinggung, maka film tersebut susah untuk disebar luaskan. Begitu
kiranya kurang lebih.
Movie talk pada
sore hari tersebut telah memberikan banyak sekali pengetahuan dan ilmu baru
bagi siapa saja yang datang dan mendengarkan. Semoga bisa bermanfaat dan
perfilman di Indonesia terus melesat maju hingga kancah internasional. (Alfin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar